MERDEKA BELAJAR
Apa itu Merdeka Belajar?
Merdeka Belajar adalah belajar yang diatur sendiri oleh pelajar. Pelajar yang menentukan tujuan, cara dan penilaian belajarnya. Dari sudut pandang pengajar, merdeka belajar berarti belajar yang melibatkan murid dalam penentuan tujuan, memberi pilihan cara, dan melakukan refleksi terhadap proses dan hasil belajar.
Di sekolah, ujian dibuat jadwal berkala yang menetapkan bahwa ujian sebagai kegiatan yang penting. Lahir belajar wayangan, belajar ngebut semalam. Usaha habis-habisan menguasai pelajaran pada malam menjelang hari ujian. Setelah ujian selesai, belajarpun berakhir. Pelajaran tak satupun yang diingat. Padahal dalam kehidupan, tidak ada jadwal ujian, tetapi ujian akan datang sewaktu-waktu. Ujian kehidupan bisa datang sewaktu-waktu, tidak menunggu jadwal ujian tiba. Tidak pamit tidak permisi.
Belajar bukan dikendalikan
pengajar, tapi disepakati bersama antara pengajar dan pelajar
Karena kinerja pelaku dan
manajemen pendidikan ditentukan oleh hasil ujian murid, sehingga proses belajarpun
dikendalikan oleh pengajar. Pengajar yang mempunyai wewenang sepenuhnya dalam
menentukan strategi, aktivitas dan asesmen belajarnya. Pengajar menjadi subyek,
pelajar menjadi obyek. Belajar menjadi milik pengajar. Karena tidak dilibatkan,
murid tidak mempunyai rasa memiliki terhadap proses belajar. Ketika sasaran
belajar tidak tercapai, seringkali pengajar yang lebih cemas dibandingkan
pelajarnya. Padahal belajar harusnya milik pelajar, sehingga sudah sepatutnya
pengajar melibatkan pelajar dalam mengatur proses belajar
Belajar bukan dengan cara yang
seragam, tapi ada diferensiasi cara belajar.
Kadangkala pengajar seolah
tidak mengajar murid, tapi mengajar materi pelajaran. Kadangkala juga pengajar
menganggap tidak perlu mengenal apalagi memahami kebutuhan dan minat belajar muridnya.
Pengajar menggunakan 1 resep untuk kelas manapun, siapapun muridnya. Resep yang
disebut sebagai Pengajaran Langsung, proses belajar yang berpusat pada
pengajar. Padahal kenyataannya, murid butuh mengalami diferensiasi pengalaman
belajar sesuai minat, cara belajar dan ketersediaan sumber belajar di
sekitarnya. Setiap Individu murid memiliki kebutuhan, strategi gaya belajar
yang berbeda satu dengan lainnya. Maka semestinyalah perlu memahami dan
mengenal kebutuhan belajar murid
Belajar bukan hanya
menghafal rumus, tapi menalar dan menyelesaikan persoalan
Orientasi belajar untuk
ujian mendorong pengajar mengajar dengan cara yang memastikan murid bisa
mengerjakan ujian dengan benar dan cepat. Cara belajar tersebut adalah
menghafal dan menggunakan rumus. Selama lebih dari 12 tahun, murid belajar
dengan cara tersebut. Tidak heran bila murid mempunyai keterampilan yang khas,
terampil mengerjakan ujian. Padahal banyak tantangan kehidupan tidak seragam
sebagaimana ujian standar. Murid butuh menalar sebelum memahami dan mengatasi
tantangan kehidupan.
Belajar bukan untuk dinilai
pengajar, tapi dinilai bersama untuk membangun kesadaran
Karena tujuan dan cara belajar ditentukan oleh pengajar maka sewajarnya penilaian belajar ditentukan juga oleh pengajar. Pengajar yang tahu benar dan salah. Pengajar yang layak menentukan nilai dari jawaban murid. Seringkali kriteria dan cara penilaian hanya diketahui oleh pengajar. Murid diharapkan menerima begitu saja hasil penilaian, meski tidak paham maknanya. Pelajar tidak tahu perbedaan antara mendapat skor 8 dengan skor 9. Pelajar tidak mendapat informasi tentang apa konsep yang perlu diperkuat atau cara belajar yang harus diperbaiki. Padahal muridpun perlu belajar melakukan penilaian. Dalam kehidupan, murid dituntut bisa membedakan benar dan salah atau baik dan buruk. Belajar bukan dinilai oleh besarnya angka, tapi oleh karya yang bermakna
Resume Wardah Inspiring Teacher 2020 https://www.sekolah.mu/program/kelasmu-guru-merdeka-belajar-prakerja
Apik pak
BalasHapus