Pahlawan Nasional Wanita

Materi Tunagrahita 11

1. R.A. Kartini

Pahlawan Nasional yang Bernama Raden Ajeng Kartini (R.A.

Kartini) lahir di Jepara, Jawa Tengah pada 21 April 1887.

R.A. Kartini meninggal pada tanggal 17 September 1904 di Rembang, Jawa Tengah pada umur 25 tahun.

R.A Kartini adalah seorang tokoh suku Jawa.

Dikenal sebagai pelopor kebangkitan perempuan pribumi. R.A .

Kartini adalah sosok wanita yang sangat gemar membaca dan menulis.

Kartini pahlawan yang mendapat tempat tersendiri di hati masyarakat dengan segala cita-cita, tekad, dan perbuatannya.

Ide-ide besarnya telah mampu memperjuangkan kaum perempuan dari kebodohan. Dengan cara mendirikan sekolah wanita.

Dengan keberanian dan pengorbanan yang tulus, Kartini menggugah kaumnya dari belenggu diskriminasi.

2. Cut Nyak Dhien

Cut Nyak Dhien dilahirkan dari keluarga bangsawan yang taat beragama di Aceh Besar, wilayah VI Mukim pada tahun 1848.

Ayahnya bernama Teuku Nanta Seutia, seorang uleebalang VI Mukim, yang juga merupakan keturunan Datuk Makhudum Sati, perantau dari Minangkabau.

Pada masa kecilnya, Cut Nyak Dhien adalah anak yang cantik.

Ia memperoleh pendidikan pada bidang agama (yang dididik oleh orang tua ataupun guru agama) dan rumah tangga (memasak, melayani suami, dan yang menyangkut kehidupan sehari-hari yang dididik baik oleh orang tuanya).

Cut Nyak Dhien adalah pahlawan nasional wanita dari Aceh yang selalu berjuang hingga titik darah penghabisan untuk melawan Belanda.

3. Cut Nyak Meutia

Tjoet Nyak Meutia lahir15 Februari 1870 meninggal di Alue Kurieng, Aceh, 24 Oktober 1910 pada umur 40 tahun). Ia dimakamkan di Alue Kurieng, Aceh. Tjoet Nyak Meutia menjadi pahlawan nasional Indonesia melakukan melawan Belanda bersama suaminya Teuku Muhammad atau Teuku Tjik Tunong. Namun pada bulan Maret 1905, Tjik Tunong berhasil ditangkap Belanda dan dihukum mati di tepi pantai Lhokseumawe.

Usai suaminya ditangkap Belanda dan dihukum mati pada 1905, Cut Nyak Meutia menikah dengan Pang Nanggroe. Sayangnya, Pang Nanggroe gugur pada 1910 ketika berperang melawan Korps Marechaussee.
Saat itu, Cut Nyak Meutia berhasil lolos dan terus melakukan perlawanan pada penjajah. Akan tetapi, 28 hari usai suaminya tewas, Cut Nyak Meutia gugur pada 24 Oktober.

4. Martha Christina Tiahahu

Martha Christina Tiahahu adalah wanita yang sangat tangguh, lahir pada 4 Januari 1800.

Ia bahkan berani melawan penjajah sejak usianya 17 tahun.

Martha Christina Tiahahu berjuang sendiri setelah sang ayah dijatuhi hukuman mati oleh Belanda. Namun, kesehatan fisik beliau turun hingga kemudian tertangkap oleh Belnda dan dibawa ke Pulau Jawa bersama 39 tawanan lain untuk dijadikan pekerja paksa.Pada tahun 1818 bulan Januari, beliau mengembuskan napas terakhir.

5. Nyi Ageng Serang

Nyi Ageng Serang atau Raden Ajeng Kustiyah Wulaningsih Retno Edi adalah keturunan Sunan Kalijaga. Beliau melawan penjajah bersamaa keluarganya.
Di tengah perlawanan, keluarga Nyi Ageng Serang gugur dan hanya menyisakan dirinya. Beliau tetap berjuang bahkan berhasil menyusun strategi perang dan menjadi penasihat Pangeran Diponegoro. Nyi Ageng Serang tewas pada usia 76 tahun karena penyakit malaria.